Kegiatan Berladang Sekaligus Menjaga Kearifan Lokal  Hutan Desa Ambarawa

KUBU RAYA, sampankalimantan.id- Rutinitas keseharian berkerja sebagai petani dan mengolah hasil kebun, merupakan bagian yang terpisahkan bagi masyarakat di Desa Ambarawa dala menjaga hutan.

Jay selaku petani Desa Ambarawa, menyampaikan hampir sebagian masyarakat Desa Ambarawa, memang masih menerapkan sistem berladang untuk menujang perekonomian mereka.

Selain itu, berladang juga tak serta merta hanya menunggu hasil panen saja. Bagi masyarakat disana menjadi suatu peluang kesempatan yang tak boleh disia-siakan untuk memperoleh tambahan penghasilan.

Saat tiba musim berladang, masyarakat disana berbondong turut ikut serta mencari pundi rupiah dengan berkerja sebagai buruh, mulai dari proses pembibitan padi seperti penyemaian dan penanaman, hingga menantikan saat panen tiba.

Masyarakat yang terbiasa akan hal tersebut, mengangap bahwa musim berladang merupakan saat yang dinanti-nantikan, selain bergotong royong bersama-sama menanam padi juga dapat dijadikan perkerjaan sampingan.

Untuk upah yang diperoleh pun terbilang cukup besar, biasanya dalam satu hari mereka yang berkerja sebagai buruh, dihargai mulai rentang dari 40.000 ribu hingga 50.000 ribu, bahkan dalam sehari penuh upah yang diterima mampu mencapai Rp 100.000.

Sistem gotong royong berladang atau dikenal dengan istilah perai oleh masyarakat Desa Ambarawa juga masih diterapkan oleh beberapa kelompok petani. Bagi mereka kegiatan berladang dengan bergantian dari satu kelompok ke kelompok petani lain, juga telah lama melekat sebagai tradisi dalam berladang, untuk menumbuhkan semangat dalam mendukung hasil panen yang diperoleh dapat semakin lebih baik lagi.

Mengigat kegiatan berladang, memang banyak melalui tahapan pengerjaan. Sebagaimana diketahui, sebelum memulai peyemaian atau pembibitan padi, ketersediaan lahan yang akan ditanam tentunya sudah dipersiapkan betul dengan matang.

Untuk pembukaan lahan oleh masyarakat disana hanya bermodalkan dengan parang dan racun rumput. Tentu penanaman padi dengan lahan luas, membutuhkan pengerjaan yang ekstra untuk melapangkan lahan yang hendak ditanam.

Oleh karena itu, keterlibatan tradisi yang dikenal istilah perai atau berkeliling dari satu lahan ke lahan petani lainnya,  sangat membantu dalam menyediakan tempat untuk bercocok tanam padi dan juga melakukan tahapan proses penanaman hingga menunggu hasil panen.

Biasanya kegiatan berladang di Desa Ambarawa, mulai dari penyemaian dilakukan pada awal bulan Juli hingga Agustus, kemudian dilanjutkan dengan proses penanaman bibit yang telah disemai, sembari menanti musim hujan untuk membantu padi mendapatkan kelembapan untuk kesuburan tanah.

Tingginya dataran tanah di Desa Ambarawa, menjadi salah satu alasan mengapa kegiatan menanam padi hanya dapat dilakukan dalam setahun sekali, ini dikarenakan sumber air yang mengalir tidak memungkinkan lahan selalu tergenang air, sehingga dapat dikatakan menanam padi dilakukan melalui sistem tebas, dan bukan sawah.

Editor: Evi

Kegiatan Berladang Sekaligus Menjaga Kearifan Lokal  Hutan Desa Ambarawa Read More »

Potensi Buah Asam Payak di Desa Ambarawa

KUBU RAYA, sampankalimantan.id- Di tengah rimbun hutan Desa Ambarawa menghadirkan kekayaan alam yang melimpah, salah satu potensi buah kelubi atau yang dikenal oleh masyarakat luas dengan sebutan asam payak atau asam maram.

Buah hutan ini, mirip dengan buah salak serta memiliki rasa yang terbilang asam, maka tak heran buah asam payak sering kali dijadikan bahan baku dalam pembuatan olahan manisan, karena cita rasa alaminya yang khas sesuai dengan namanya asam payak.

Bentuk buah menyerupai tandan yang berbonggol, dengan ukuran buah yang jauh lebih kecil. Jika dilihat terdapat perbedaan warna yang mencolok asam payak jauh lebih cerah dibandingkan dengan buah salak yang memiliki warna kemerahan.

Meskipun keberadaan asam payak dikatakan melimpah di hutan Desa Ambarawa, akan tetapi buah ini sering terabaikan, karena kurangnya pemasaran, sehingga masyarakat hanya mengambil sebagai kebutuhan untuk komsumsi pribadi.

Seiring waktu, pemasaran terhadap buah asam payak  ini semakin meredup, bahkan ketika ada pihak luar yang tertarik untuk membeli dan menampungnya dalam jumlah besar, namun keterlibatan tersebut juga tidak berlangsung lama.

Sebelumnya masyarakat setempat, beberapa tahun lalu pernah mencoba mengelola buah asam payak  ini, dengan cara mengolahnya menjadi manisan. Namun, upaya tersebut tak  berlangsung lama dan usaha tersebut mengalami kegagalan karena kurangnya peminat.

Walau pun hampir disepanjang jalan menuju Desa Ambarawa juga dipenuhi dengan tanaman asam payak, akan tetapi tak menutup kemungkinan setiap wilayah memiliki potensi yang sama.

Disamping itu, hal ini tidak mengubah fakta bahwa potensi buah asam payak di Desa Ambarawa masih terbilang sangat banyak dan belum dimanfaatkan secara  optimal.

Dikatakan, belum ada upaya serius dari masyarakat atau pihak lain untuk mengelola buah ini sebagai salah satu potensi ekonomi lokal.

Kini, dengan menggali potensi hutan Desa Ambarwa, masyarakat  sekitar dapat mengolah kembali buah asam payak ini, tak hanya sebagai sumber pangan tetapi juga sebagai potensi ekonomi yang dapat memberikan manfaat dalam meningkatkan perekonomian daerah.

Editor: Evi

Potensi Buah Asam Payak di Desa Ambarawa Read More »

Penyerahan Alat Cultivator Kepada KUPS Agrofroresty Insan Cita Mandiri di Desa Kubu

KUBU RAYA, sampankalimantan.id-PT. Belantara Sejahtera Mandiri (BSM) melalui SAMPAN Kalimantan, melakukan penyerahan alat cultivator kepada KUPS Agrofroresty Insan Cita Mandiri  di Desa Kubu, Kecamatan Kubu, Kabupaten Kubu Raya, Jumat (5/4/2024).

Dengan adanya bantuan Cultivator ini, diharapkan dapat meningkatkan hasil produksi. Pertanian serta mendorong kemajuan dan perkembangan kelompok tani demi kesejahteraan anggota dan masyarakat secara umum.

Sebelumnya pengolahan tanah masih dilakukan dengan cara manual yaitu menggunakan cangkul. Selain waktu, penggunaan alat mesin pertanian ini juga dapat memudahkan proses penggarapan tanah akan menjadi lebih efektif dan memudahkan penanaman bibit semangka.

Ketua LPHD Desa Kubu, Ade menyampaikan, dengan diberikan alat cultivator diharapkan dapat membantu para petani agar dapat meningkatkan produksi pertanian, dalam hal pemanfaatan dan perawatan untuk dapat dilaksanakan dengan sebaik mungkin.

“Saya sangat mengapresiasi adanya inisiasi dari PT BSM melalui SAMPAN Kalimantan atas support dan bantuan mesin cultivator kepada KUPS Agrofroresty Insan Cita Mandiri  semoga bantuan ini bermanfaat sehingga dapat memotivasi para petani agar pertanian yang ada di Desa Kubu dapat semakin maju dan tentunya lebih baik lagi,” ungkapnya.

Sementara itu, menurut Desi Puspitasari Sekretaris KUPS Agrofroresty Insan Cita Mandiri, juga berharap bantuan ini dapat memotivasi para petani untuk lebih maju dan meningkatkan pertanian di Desa Kubu.

“Bantuan cultivator ini, akan membantu dalam penggarapan lahan untuk penanaman semangka,” ujarnya.

Para petani, seperti yang diungkapkan oleh Ahmad Riadi salah satu anggota KUPS Agrofroresty Insan Cita Mandiri, menyambut baik bantuan ini. Mereka berharap dapat menjadi petani yang lebih sukses dengan bantuan alat cultivator ini.

Dengan bantuan alat dan bibit yang diberikan, diharapkan para petani dapat meningkatkan hasil pertanian mereka dan berhasil meraih kesuksesan.

“Berbekal pengalaman, bahawa kegagalan merupakan bagian dari proses, tetap yakin bahwa keberhasilan akan datang setelah melewati berbagai kendala yang ada,” pungkasnya.

Editor: Evi

Penyerahan Alat Cultivator Kepada KUPS Agrofroresty Insan Cita Mandiri di Desa Kubu Read More »

Pemanfaatan Sabut Kelapa Untuk Proses Pembakaran yang Ramah Lingkungan

KUBU RAYA, sampankalimantan.id- Desa Ambarawa merupakan salah satu desa yang telah menerapkan pemanfaatan kelapa, untuk proses pembakaran yang ramah lingkungan.

Penggunaan kayu untuk pembakaran dapat diminimalkan atau bahkan dihilangkan, sebagai gantinya masyarakat memanfaatkan sabut dan tempurung kelapa untuk menyalakan api.

Sabut kelapa menjadi bahan utama yang digunakan untuk menyalai atau mengeringkan kopra saat cuaca di luar tak mendukung, terutama saat musim hujan tiba.

Melalui pemanfaatan sisa-sisa limbah kelapa ini, masyarakat setempat dapat mengurangi tumpukan kelapa yang berserakan.

Sementara itu, tempurung kelapa juga dimanfaatkan namun, tidak sebanyak sabut karena arangnya memiliki nilai jual.

Oleh karena itu, penggunaan tempurung terbatas hanya untuk menghidupkan api. Dengan demikian, desa ini tidak hanya mengurangi penggunaan kayu, tetapi juga mampu memanfaatkan semua bagian dari kelapa tanpa menyia-nyiakannya.

Bagaimana pemanfaatan sumber daya alam secara optimal, dapat dilakukan dengan memaksimalkan penggunaan bahan-bahan lokal.

Desa Ambarawa menunjukkan, bahwa dengan pengetahuan lokal dan solusi-solusi ramah lingkungan dapat ditemukan bahkan dalam hal sepele seperti proses pembakaran.

Dengan demikian, upaya melindungi lingkungan dapat terus ditingkatkan melalui inovasi dan penerapan praktik-praktik ramah lingkungan yang lebih baik.

Editor: Evi

Pemanfaatan Sabut Kelapa Untuk Proses Pembakaran yang Ramah Lingkungan Read More »

Upaya Masyarakat Desa Ambarawa Dalam Menghadapi Musim Kemarau

Editor: Evi

KUBU RAYA, sampankalimantan.id- Saat musim kemarau tiba, ancaman kebakaran hutan menjadi perhatian utama bagi masyarakat setempat, tak hanya pada upaya mencegah kebakaran hutan, tetapi juga menjaga hutan agar tetap terlindung.

Meskipun kebakaran sering terjadi di sekitar desa, terutama di lahan gambut yang kering dan semak belukar di pinggiran hutan, upaya masyarakat dalam menjaga hutan dari ancaman kebakaran terus berlangsung.

Kepala Desa Ambarawa Bakri mengatakan, adanya Masyarakat Peduli Api (MPA) dibentuk khusus untuk mengawasi dan mencegah kebakaran hutan. Mereka berperan penting dalam menjaga agar api tidak merambat masuk ke dalam hutan.

“Kerja sama antara SAMPAN Kalimantan, anggota TNI/ Polri, serta pemerintah desa dan masyarakat menjadi kunci utama dalam menjaga hutan tetap aman dari kebakaran,” ujarnya

Menurut Bakri, beberapa sumber lokal kebakaran hutan sering terjadi di musim kemarau, namun umum terjadi di area pinggiran hutan, terutama lahan gambut yang mudah terbakar dan semak belukar yang rentan terhadap percikan api.

Oleh karena itu, upaya pencegahan dilakukan secara intensif, khususnya di sekitar area yang rawan terjadi kebakaran.

“Kami melakukan patroli rutin, dan sosialisasi kepada masyarakat tentang bahaya kebakaran hutan serta pentingnya pencegahan,” ujarnya.

Ia lantas menjelaskan, tak hanya melakukan patroli anggota tim MPA juga aktif dalam mengedukasi masyarakat tentang teknik-teknik memadam kebakaran sederhana dan bagaimana melaporkan kejadian kebakaran secara cepat kepada pihak berwenang.

“Kami berharap dapat menjaga hutan tetap hijau dan lestari di tengah ancaman kebakaran yang selalu mengintai di musim kemarau,” pungkasnya.

Dia menambahkan, meskipun risiko kebakaran masih ada tetapi kesadaran akan pentingnya menjaga kelestarian hutan semakin meningkat di antara penduduk desa.

Upaya Masyarakat Desa Ambarawa Dalam Menghadapi Musim Kemarau Read More »

Mengenal Olahan Bakso Udang Khas Desa Ambarawa

KUBU RAYA, sampankalimantan.id-Berbeda dengan bakso pada umumnya di Desa Ambarawa memiliki olahan bakso unik berbahan dasar udang, menjadi salah satu makanan khas sebagai kuliner utama di Desa Ambarawa yang sudah jarang ditemui ditempat lain.

Bakso udang merupakan kuliner yang wajib untuk dicoba saat berkunjung ke Desa Ambarawa, dari udang yang segar diolah dengan resep turun-temurun, memiliki cita rasa dengan tekstur yang kenyal beraromakan khas udang, semakin menambah kenikmatan rasa saat menyantapnya.

Setelah melewati proses panjang pembuatan, bakso yang sudah siap diproduksi, nantinya akan dipasarkan ke masyarakat yang tinggal disekitar. Sebagai pembuat Ana merasa sangat senang hasil olahannya sendiri dapat dipasarkan, dan diperjual kembali oleh mereka yang membuka usaha kecil-kecilan di desa tersebut.

“Selain bakso udang, biasanya pembuatan bakso juga menggunakan hasil laut lainnya, salah satunya ikan tenggiri, yang merupakan hasil tangkapan nelayan sekitar,” ujar Ana selaku masyarakat yang memproduksi olahan bakso di Desa Ambarawa, Kamis (7/3/2024).

Ana menyebutkan, untuk harga perkilo yang ditawarkan kepada konsumen, sangatlah terjangkau hanya berkisaran seharga Rp. 40.000. dengan bakso yang masih segar pula. Harga yang merakyat, namun tetap memperhatikan kualitas dari makanan tersebut tetap terjamin.

Proses untuk pembuatan olahan bakso udang ini, dilakukannya seorang diri dengan menggunakan cara yang masih tradisional. Dalam sekali pembuatan, ia mampu memproduksi lebih dari lima kilo bakso udang.

Beberapa masyarakat lain juga, memanfaatkan hasil tangkapan nelayan sendiri, diolah menjadi makanan berbagai hidangan makanan atau cemilan, seperti pembuatan bakso dengan cara digoreng.

“Pembuatan dulunya masih sederhana dengan menggunakan teknik dipotong-potong kecil atau penggilingan manual sebagai penghalusnya, dan akhirnya sekarang sudah terbantu dengan adanya penggilingan, dan sekarang menggunakan mesin yang tak manual lagi,” ungkapnya.

Editor: Evi

Mengenal Olahan Bakso Udang Khas Desa Ambarawa Read More »

Keberagaman Potensi Hasil Hutan di Desa Abarawa

KUBU RAYA, sampankalimantan.id- Hutan lindung di Desa Ambarawa menyimpan beragam potensi, terutama dalam hal keanekaragaman jenis pohon yang hidup di dalamnya.

Hutan Desa Ambarawa ini, didominasi oleh berbagai jenis pohon yang memiliki nilai ekologis dan ekonomis yang tinggi.

“Berbagai jenis kayu yang dapat ditemukan di hutan lindung Desa Ambarawa antara lain kayu Meranti, Kempas, Jelutung, Jeramin, Kapas, Terentang, dan kayu Mahang dan masih banyak lagi lainnya,”ungkap Bakri selaku Kepala Desa Ambarawa.

Selain itu, hutan ini juga menjadi tempat bagi tanaman rotan yang menjadi salah satu komoditas penting dalam industri kerajinan lokal oleh masyarakat Desa Ambarawa.

Jenis pohon tersebut memberikan berbagai manfaat bagi masyarakat setempat. Selain menjadi sumber bahan baku kerajinan, hutan lindung juga berperan penting dalam menjaga keseimbangan ekosistem.

“Meskipun memiliki potensi yang besar, hutan lindung Desa Ambarawa juga perlu dilakukan upaya perlindungan dan konservasi hutan, yang menjadi kunci dalam menjaga keberlangsungan hutan,” jelasnya.

Ia menuturkan, peran aktif masyarakat dalam pengelolaan hutan lindung sangatlah penting. Melalui kegiatan pengawasan dan pemantauan, seperti patroli rutin, serta partisipasi dalam program restorasi hutan.

“Dalam rangka menjaga keberlanjutan hutan lindung Desa Ambarawa, tentunya berkolaborasi antara pemerintah daerah maupun lembaga SAMPAN Kalimantan dan masyarakat lokal perlu terus ditingkatkan,” imbuhnya.

Bakri pun berharap, melalui pelatihan dan edukasi mengenai pentingnya pelestarian hutan juga perlu ditingkatkan agar kesadaran akan perlindungan lingkungan semakin meningkat di kalangan masyarakat.

Editor: Evi

Keberagaman Potensi Hasil Hutan di Desa Abarawa Read More »

Proses Tradisional Pembuatan Minyak Kelapa dari Kentos oleh Masyarakat Desa Ambarawa

KUBU RAYA, sampankalimantan.id- Dalam sebuah perjalanan melalui desa ini, kita dapat melihat betapa pentingnya kelapa dalam kehidupan sehari-hari penduduknya. Berbagai produk olahan dihasilkan dari kelapa. Seperti halnya buah kelapa yang sudah tua, dapat dijadikan santan, minyak, dan kelapa kering.

Melimpahnya komoditas kelapa di Desa Ambarawa, tentu memberikan manfaat besar terutama sebagai penghasil minyak kelapa dengan kualitas yang baik. Proses pembuatan minyak kelapa pun masih terbilang tradisional, dengan hanya menggunakan tungku api.

Pemilihan buah kelapa yang tepat memang sangat penting dalam proses pembuatan minyak kelapa. Salah satu faktor penentu yang harus diperhatikan, apakah buah kelapa tersebut sudah memiliki tunas atau kentos, atau biasa dikenal sebagai “Kentos Kelapa” oleh masyarakat.

Masyarakat Desa Ambarawa mempercayai bahwa kentos kelapa ini, memiliki kandungan air yang jauh lebih sedikit. Hal ini dikarenakan sebagian besar buah kelapa telah digunakan untuk pertumbuhan tunas.

Oleh karena itu, buah kelapa dengan kentos cenderung memiliki kualitas minyak yang lebih banyak daripada buah kelapa yang masih segar dan belum memiliki tunas.

Setelah melewati proses penyortiran buah mana yang akan digunakan, selanjutnya daging kelapa kemudian diparut menjadi serpihan halus. Proses ini dapat dilakukan secara manual dengan alat parut tradisional atau menggunakan mesin pemarut.

Sunarti ibu rumah tangga yang sangat produktif di Desa Ambarawa, dalam sekali pembuatan minyak kelapa, dia mampu mengolah lebih dari tiga ratus butir kelapa, dan menghasilkan minyak murni sebanyak delapan liter.

Pendiaman santan kelapa selama dua puluh empat jam setelah proses pemarutan, menurutnya merupakan langkah yang tak boleh dilewatkan dalam pembuatan minyak kelapa, untuk mendapatkan minyak dengan kualitas baik.

Pendiaman ini memungkinkan pemisahan yang lebih efektif antara minyak kelapa dan air, sehingga ketika minyak tersebut dipisahkan dari lapisan di atas, hasilnya didapatkan minyak kelapa yang lebih murni.

Sunarti mengatakan, adapun untuk proses pemasakan minyak kelapa, menurutnya cukup memakan waktu yang lama, sekitar empat jam.

Menurutnya, kualitas minyak yang dimasak dengan menggunakan tungku api akan jauh lebih baik, karena memiliki aroma khas kelapa yang dikeluarkan pun akan lebih terasa.

Minyak hasil produksi ini, nantinya akan dijual kembali kepada masyarakat dengan kisaran harga lima belas ribu rupiah untuk perbotolnya, dan beberapa masyarakat juga menggunakannya untuk kebutuhan mereka sehari-hari.

Editor: Evi

Proses Tradisional Pembuatan Minyak Kelapa dari Kentos oleh Masyarakat Desa Ambarawa Read More »

Partisipasi Masyarakat dalam Pengelolaan Potensi Desa Ambarawa

KUBU RAYA, sampankalimantan.id- Dari pagi hingga senja, deretan aktivitas masyarakat Desa Ambarawa, mulai dari menangkap hasil laut hingga bercocok tanam telah menjadi norma bagi warga desa setempat, untuk terlibat dalam berbagai kegiatan yang mendukung pengelolaan potensi dan keberlanjutan lingkungan mereka.

Sementara itu, para petani Desa Ambarawa merawat tanah subur mereka, dengan menanam berbagai jenis tanaman, mulai dari padi hingga sayuran, yang tak hanya memenuhi kebutuhan mereka sendiri tetapi juga menjadi sumber penghasilan yang stabil bagi desa.

Partisipasi masyarakat dalam pengelolaan potensi hasil bertani atau bercocok tanam telah menjadi tolak ukur bagi kemakmuran desa, dengan menyediakan pasokan makanan lokal yang berlimpah, serta mengupayakan pemanfaatan lingkungan sekitar tetap terpelihara.

Selain itu, pengolahan hasil kelapa juga menjadi bagian integral dari kehidupan masyarakat Desa Ambarawa. Dari kopra hingga tempurung kelapa, mereka mengolah bahan mentah yang disulap menjadi produk yang bernilai jual.

Di Desa Ambarawa, partisipasi masyarakat dalam pengelolaan potensi hasil laut menjadi pilar utama dalam menjaga ekosistem laut. Para nelayan desa ini, tidak hanya menjadi pencari ikan, tetapi juga penjaga laut, dengan menerapkan praktik penangkapan yang bertanggung jawab dan tentunya ramah lingkungan.

Masyarakat Desa Ambarawa, memberikan contoh bagaimana partisipasi aktif mereka berperan dalam menjaga keberlanjutan lingkungan laut, menjadikan mereka teladan dalam pengelolaan sumber daya alam.

Editor: evi

Partisipasi Masyarakat dalam Pengelolaan Potensi Desa Ambarawa Read More »

Peran Kelapa dan Padi dalam Eksistensi Desa Ambarawa

KUBU RAYA, sampankalimantan.id- Pemandangan kebun kelapa menjadi ciri khas yang tak terhindarkan. Hal ini bukan tanpa alasan, karena kelapa menjadi primadona sumber pendapatan, bagi banyak keluarga di sana.

Selain itu, tradisi berladang padi juga tetap dijaga dengan penuh kearifan lokal, sebagai sumber penghasilan tambahan yang tidak bisa diabaikan.

“Berladang padi menjadi kegiatan rutin tahunan yang dinanti-nantikan, di mana masyarakat bergotong royong menuai hasil panen,” ujar Bakri selaku Kepala Desa Ambarawa.

Meskipun kegiatan berladang padi hanya dilakukan secara musiman, masyarakat Desa Ambarawa terus menjaga tradisi ini, dengan mengupayakan sistem berladang yang tak merusak lingkungan.

Sistem berladang untuk masyarakat di Desa Ambarawa, lebih kepada pengguna pestisida atau racun rumput, sedangkan untuk sistem buka lahan dengan cara penebasan sudah jarang dilakukan lagi oleh masyarakat.

Proses berladang dimulai sekitar bulan Juli, di mana lahan dipersiapkan dan bibit padi ditanam dengan penuh harap.

Bulan berikutnya, September dan Oktober menjadi waktu yang dinanti-nantikan, di mana padi mulai tumbuh dan siap untuk dipanen.

Masyarakat disana, juga tak menutup diri terhadap potensi sumber penghasil lainnya. Namun, beberapa warga juga terlibat dalam usaha pengelolaan kelapa.

Editor: Evi

Peran Kelapa dan Padi dalam Eksistensi Desa Ambarawa Read More »

Scroll to Top