PROFIL HUTAN DESA BETUAH

Hutan Desa Betuah merupakan kawasan hutan yang dikelola oleh Lembaga Pengelola Hutan Desa (LPHD) Betuah, berdasarkan SK.10889/MENLHK-PSKL/PKPS/PSL.0/12/2019 yang diterbitkan pada 30 Desember 2019. Kawasan ini memiliki luas ± 814 hektare dan terletak di Desa Betuah, Kecamatan Terentang, Kabupaten Kubu Raya

Tutupan lahan:

Hutan Desa Betuah memiliki luas 814 hektare, yang didominasi oleh Hutan Rawa Sekunder seluas 813,85 hektare atau 99,98% dari total area. Ekosistem rawa ini memiliki peran penting dalam menjaga keseimbangan hidrologi, menyerap karbon, serta menjadi habitat bagi berbagai jenis flora dan fauna khas lahan basah. Selain itu, terdapat area perkebunan dengan luas 0,15 hektare (0,02%) yang digunakan masyarakat secara terbatas.

Demografi:

Hutan Desa Betuah berada di wilayah dengan jumlah penduduk sebanyak 874 jiwa, yang terdiri dari 451 laki-laki dan 423 perempuan. Mayoritas penduduk berada dalam kelompok usia produktif (15-54 tahun) yang berperan penting dalam aktivitas ekonomi dan pengelolaan sumber daya hutan.

Dari segi mata pencaharian, mayoritas penduduk bekerja di sektor pertanian (40,5%) dan ibu rumah tangga (41,37%), menunjukkan bahwa aktivitas ekonomi masyarakat masih bergantung pada sektor pertanian dan peran perempuan dalam rumah tangga cukup dominan. Selain itu, terdapat penduduk yang bekerja sebagai karyawan perusahaan (15,5%), perangkat desa (1,66%), serta sebagian kecil sebagai pegawai negeri sipil (0,41%), tenaga pengajar honorer (0,01%), dan bidan swasta (0,002%).

Potensi Usaha:

Hutan Desa Betuah memiliki potensi usaha berbasis hutan yang beragam, mencakup hasil hutan kayu, hasil hutan bukan kayu (HHBK), serta jasa lingkungan yang dapat dikembangkan untuk kesejahteraan masyarakat secara berkelanjutan. Hasil hutan kayu terdiri dari berbagai jenis kayu bernilai ekonomi seperti Mabang, Bintangor, Meranti, Jelutung, Ramin, Mentibuk, Pacat-pacat, dan Kayu Ara, yang berpotensi digunakan dalam industri perkayuan dan kerajinan. Selain itu, HHBK seperti getah damar, rotan, pandan, biji bintangor, tanaman hias anggrek dan kantong semar, madu hutan, serta jamur, dapat diolah menjadi produk bernilai tambah untuk mendukung ekonomi masyarakat. Di sisi lain, jasa lingkungan seperti karbon hutan dan lokasi riset juga memiliki potensi besar dalam mendukung perdagangan karbon serta penelitian ekosistem hutan.

Tabel Kelompok Usaha Perhutanan Sosial (KUPS)