Dari Hutan Desa ke Kehidupan: Masyarakat Teluk Bakung Nikmati Manfaat Ekonomi Silvopastura

Hutan Desa Teluk Bakung, Kecamatan Sungai Ambawang, Kabupaten Kubu Raya, Kalimantan Barat.

Babi untuk Ekonomi dan Adat

Sementara itu, Ketua KUPS Silvopastura Timawank Loncek, Sukarna, menceritakan bagaimana usaha beternak babi tidak hanya bernilai ekonomi, tetapi juga sangat penting secara budaya.

“Dulu babi di Loncek ini sempat habis karena kena sampar. Sejak itu harga babi naik, dan sampai sekarang pun tetap tinggi. Sebagai orang Dayak, kami tidak bisa lepas dari babi karena selalu dipakai dalam ritual adat. Puji Tuhan, berkat dukungan LPHD dan Sampan Kalimantan, kami bisa memelihara lagi. Harapan saya, babi yang dipelihara bisa berkembang biak, jadi sumber penghasilan untuk kebutuhan sehari-hari,” ungkap Sukarna pada Senin 1 September 2025 di Dusun Loncek, Desa Teluk Bakung.

Bantuan bibit babi yang diberikan membuka peluang bagi masyarakat untuk kembali memelihara ternak, yang sebelumnya sulit dilakukan akibat penyakit ternak.

Kini, silvopastura menjadi sumber pendapatan sekaligus cara memperkuat ketersediaan babi untuk ritual adat.

Ternak sebagai Tabungan Hidup

Lebih jauh lagi, salah satu anggota KUPS Silvopastura, Dinatus Dino, merasakan manfaat langsung dari program ini.

Meski menghadapi tantangan harga pakan yang mahal, ia menganggap beternak sebagai bentuk investasi jangka panjang.

“Ternak babi ini iibarat tabungan hidup. Dengan harga sekarang, kalau semua babi saya jual, bernilai bisa belasan juta rupiah. Jadi meski tiap minggu harus keluar Rp100.000–Rp200.000 buat pakan, itu sama saja dengan menabung. Saat dijual, uangnya kembali bahkan bisa untung,” kata Dinatus pada Senin 1 September 2025 di Dusun Loncek, Desa Teluk Bakung.

Lebih dari sekedar ekonomi, ternak juga membantu memenuhi kebutuhan adat.

“Kalau ada acara adat, tinggal ambil dari belakang rumah, tidak perlu repot beli ke luar. Ini sangat membantu kami, karena sebelumnya hanya sedikit warga yang memelihara babi. Berkat program dari LPHD dan Sampan Kalimantan, sekarang kemajuannya mulai terlihat. Dari satu ekor, babi saya sudah jadi belasan. Itu bukti nyata manfaat program ini,” tambahnya.

Kehadiran silvopastura di Teluk Bakung menunjukkan bahwa pengelolaan hutan desa bukan sekedar menjaga pohon, melainkan juga membuka ruang bagi masyarakat untuk berdaya secara ekonomi.

Dengan adanya pendampingan SAMPAN Kalimantan, LPHD Teluk Bakung berhasil menghadirkan model usaha yang tidak hanya menguntungkan secara finansial, tetapi juga sejalan dengan kebutuhan adat dan kelestarian lingkungan.

Jika program ini dijalankan dan dikelola secara konsisten, Desa Teluk Bakung bisa menjadi contoh transformasi ekonomi masyarakat pedesaan—dari kemandirian pada kayu menuju kesejahteraan berbasis hutan lestari.
***

Archive

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
WhatsApp
Email
Print
TopBack to Top