Ketika Suara Demokrasi Bergema dari Jalanan ke Media Sosial, Apakah Celah Kampanye Untuk Isu Lingkungan Bisa Digaungkan?

Ilustrasi: Suara Demokrasi Bergema dari Jalanan ke Media Sosial.

Lebih dari itu, semangat dan kepedulian anak muda tidak hanya berhenti di ruang kelas atau jalanan. Isu-isu lingkungan kini menjadi salah satu medan utama bagi mereka untuk bersuara. Menurut KLHK, pada tahun 2024, deforestasi netto di Indonesia terjadi seluas 175,4 ribu hektar, dari luas lahan hutan Indonesia pada tahun tersebut mencapai 95,5 juta hektar.

Luasnya jantung bumi ini telah menjadi pisau bermata dua. Ia bisa menjadi pelindung bumi, namun jika rusak, kebakaran hutan akan menjadi fenomena tahunan dan pelepasan karbon menciptakan kualitas udara yang buruk. Dari laporan IQAir, Indonesia menduduki peringkat ke-15 negara dengan kualitas udara terburuk tahun 2024, dengan tiga kota besar yang berkontribusi antara lain Tangerang dan Bekasi di zona merah, serta Bekasi di zona oranye. Kontrubusi emisi ini tidak hanya dari pulau Jawa, namun juga dari Kalimantan. Data dari SiPongi, Kalimantan Barat telah menyumbangkan lahan kebakaran seluas 24.154,63 hektare pada tahun 2024. Meskipun pada tahun 2025 lahan yang terbakar hanya 11.258,61 hektare namun angka ini masih menjadi 3 terbesar dari luas lahan di Indonesia setelah Nusa Tenggara Timur dan Sumatera Utara.

Kebakaran di Desa Sungai Besar, Kabupaten Kubu Raya, pada Jumat 25 Juli 2025.

Kompleksitas ini semakin terasa ketika banyak gerakan lingkungan menuntut kita melakukan hal-hal besar demi menjaga bumi, seperti menanam pohon. Faktanya, di tengah tantangan yang kompleks, kita sering lupa bahwa ada hal-hal yang lebih dekat dan nyata di sekitar kita yang bisa disuarakan dan diperbaiki untuk menjaga lingkungan.

Ponsel Anda, Tindakan Anda!

Dimulai dari genggaman gadget, kita bisa menjadi bagian dari perubahan lingkungan. Perubahan itu berawal dari kesadaran yang lahir dari hal-hal paling dekat dengan kita. Kebiasaan sehari-hari, seperti scrolling story, melihat postingan, atau memberi komentar, sebenarnya bisa menjadi wadah bagi kita untuk menjadi agen perubahan. Melalui media sosial, kita dapat membentuk algoritma kita sendiri, serta orang-orang di sekitar kita untuk lebih sering melihat konten tentang berita atau gerakan proaktif menjaga lingkungan. Repost postingan, share, like, dan komentar sederhana pun ikut memperkuat gerakan ini. Kekuatan digital ini bisa semakin meluas dengan konten-konten kreatif, misalnya pengingat meme menjaga hutan yang diselipi kartun lucu, atau kampanye digital di mana satu orang melancarkan dan mengunggah sudah menjadi langkah nyata untuk mendukung agen perubahan.

Selain melalui postingan dan story, kami juga bisa menyampaikan kepedulian terhadap lingkungan dengan mendukung band lokal yang lagunya bertema alam dan pelestarian lingkungan. Misalnya, band seperti Feast atau The Trees & The Wild kerap menghadirkan lagu dan lirik yang mengajak pendengar untuk peduli terhadap bumi dan kehidupan di sekitarnya. Dengan menghadiri konser, membeli merchandise, atau membagikan lagu mereka di media sosial, tidak hanya menikmati musik, tetapi juga memperkuat pesan lingkungan yang mereka suarakan

Archive

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
WhatsApp
Email
Print
TopBack to Top