KUBU RAYA, sampankalimantan.id- Kelapa telah menjadi tonggak utama dalam perjalanan pemberdayaan Desa Ambarawa. Mulai dari penanaman, pengolahan, hingga pemasaran. Masyarakat desa disana telah menjadikan kelapa sebagai sumber pendapatan utama mereka.
Farida salah satu dari banyak masyarakat Desa Ambarawa yang bergantung pada kelapa sebagai sumber penghidupan. Setiap hari, ia berkerja sebagai buruh pencungkil kelapa, kepiawaianya memisahkan daging buah dari tempurung kelapa tak diragukan lagi.
Dalam sehari mencungkil buah kelapa, Farida mampu meraup upah sebesar seratus ribu rupiah, dalam waktu sepuluh jam berkerja. Dengan upah yang demikian, cukup untuk membantu kebutuhan perekonomian keluarganya.
“Untuk buruh kelapa dihargai sepuluh ribu untuk perjam, biasanya jika persediaan kelapa yang banyak dalam sehari mampu menghasilkan upah sebesar seratus ribu rupiah,” tuturnya.
Perkerjaan sebagai buruh pecungkil kelapa Desa Ambarawa, umumnya dilakoni oleh sebagaian besar ibu rumah tangga. Menurutnya berkerja sebagai buruh pecungkil buah kelapa merupakan sebuah perkerjaan yang ringan dan tak memberatkan, karena dapat dilakukan sembari duduk.
Meskipun pekerjaannya tidak selalu mudah, karena teriknya matahari dan cuaca yang kadang berubah, ini tak menyurutkan semangatnya untuk menggumpulkan pundi-pundi rupiah.
Upah yang diperoleh Farida dari hasil mencungkil kelapa, ia gunakan untuk membayar sekolah anak-anaknya dan bahkan menyisihkan sedikit untuk tabungan keluarganya.
Farida memahami pentingnya pekerjaannya dan bertekad untuk melakukannya dengan penuh dedikasi. Farida pun, membawa pulang hasil kerja kerasnya dengan bangga, mengetahui bahwa pengorbanannya telah membawa manfaat bagi keluarganya.
“Upah dari mencungkil kelapa tidak hanya membantu saya memenuhi kebutuhan sehari-hari, tetapi juga memberikan saya rasa bangga dan kepuasan,” ujarnya dengan tulus.
Editor: Evi