PROFIL HUTAN DESA SUNGAI JAWI

Hutan Desa Sungai Jawi merupakan kawasan hutan yang dikelola oleh Lembaga Pengelola Hutan Desa (LPHD) Sungai Jawi berdasarkan Surat Keputusan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan SK.1657/MENLHK-PSKL/PKPS/PSL.0/3/2017 yang diterbitkan pada 29 Maret 2017. Kawasan hutan ini memiliki luas sekitar 3.383 hektare dan terletak di Desa Sungai Jawi, Kecamatan Batu Ampar, Kabupaten Kubu Raya.

Tutupan Lahan:

Hutan Desa Sungai Jawi memiliki luas total 3.383 hektare dengan berbagai jenis tutupan lahan yang mendukung ekosistem dan keberlanjutan lingkungan. Sebagian besar kawasan ini didominasi oleh hutan rawa sekunder seluas 2.463 hektare atau sekitar 72,81% dari total luas area, yang berperan penting dalam menjaga keseimbangan ekosistem dan ketersediaan sumber daya alam. Selain itu, terdapat belukar rawa seluas 700 hektare (20,69%) yang berfungsi sebagai habitat berbagai jenis flora dan fauna. Area lainnya mencakup perkebunan dengan luas 120 hektare (3,55%) serta pertanian lahan kering seluas 100 hektare (2,96%), yang menjadi bagian dari aktivitas ekonomi masyarakat sekitar.

Demografi:

Desa Sungai Jawi memiliki jumlah penduduk sebanyak 1.130 jiwa, yang terdiri dari 586 laki-laki dan 544 perempuan. Struktur demografi desa ini mencakup berbagai kelompok usia, dengan mayoritas penduduk berada dalam kategori angkatan kerja (15-54 tahun), meskipun data spesifik jumlahnya tidak tersedia. Sektor mata pencaharian utama masyarakat didominasi oleh pertanian, dengan sekitar 700% dari populasi yang bergantung pada sektor ini sebagai sumber penghidupan. Selain itu, perdagangan menyumbang 15% dari total lapangan pekerjaan, sementara sisanya tersebar dalam berbagai sektor jasa lainnya sebesar 588%. Keberagaman mata pencaharian ini mencerminkan pola ekonomi masyarakat yang masih bertumpu pada sektor agraris, namun juga mengalami perkembangan di sektor perdagangan dan jasa.

Potensi Usaha:

Hutan Desa Sungai Jawi memiliki beragam potensi usaha yang dapat dikembangkan untuk mendukung perekonomian masyarakat setempat secara berkelanjutan. Dalam kategori hasil hutan kayu, terdapat berbagai jenis pohon bernilai ekonomi tinggi seperti selumar, terentang, agatis, medang, tekam, gelam, punak, pulai, nyatoh kecil, bintangor, durian burung, ramin, meranti, dan jelutung. Selain itu, hasil hutan bukan kayu juga memiliki potensi besar, termasuk rotan, asam payak, mengkudu, dan bengkuang, yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber bahan baku industri kecil maupun produk herbal. Tak hanya itu, jasa lingkungan di kawasan ini juga berpeluang dikembangkan, seperti karbon stok yang berkontribusi terhadap mitigasi perubahan iklim serta ekowisata yang menawarkan pengalaman wisata berbasis alam. Dengan pengelolaan yang tepat, potensi ini dapat menjadi pilar utama dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan menjaga kelestarian hutan desa.

Tabel Kelompok Usaha Perhutanan Sosial (KUPS)