SAMPANKALIMANTAN.ID – Hutan Kalimantan dikenal sebagai paru-paru dunia, rumah bagi ribuan spesies satwa liar, termasuk orang utan dan bekantan yang terancam punah. Sayangnya, dalam beberapa dekade terakhir, wajah Kalimantan banyak berubah: hutan-hutan tropis berganti menjadi hamparan kebun sawit.
Perkebunan sawit memang menjadi salah satu motor penggerak ekonomi Indonesia, tetapi dampak ekologis dan sosial yang ditinggalkannya tidak bisa diabaikan. Deforestasi, kebakaran hutan, hilangnya habitat satwa, hingga konflik lahan dengan masyarakat adat menjadi masalah serius.
Di tengah situasi ini, muncul sebuah pendekatan yang menawarkan harapan baru yaitu sistem silvopastura.
Apa Itu Silvopastura?
Silvopastura adalah sistem pengelolaan lahan terpadu yang menggabungkan tiga unsur penting sekaligus: penanaman pohon, tanaman pakan ternak, dan pemeliharaan ternak dalam satu area yang sama. Sederhananya, silvopastura mengajak kita untuk tidak memilih antara “hutan” atau “padang rumput”, melainkan menggabungkan keduanya agar saling mendukung dan saling menguntungkan.
Bagaimana Cara Kerjanya?
Dalam praktiknya, setiap elemen dalam sistem silvopastura punya peran penting:
- Pohon berfungsi menyerap karbon, menjaga kelembaban tanah, dan menghasilkan kayu secara legal dan berkelanjutan.
- Rumput dan tanaman pakan menyediakan makanan bagi ternak tanpa harus membuka lahan baru.
- Ternak seperti sapi, kambing, atau babi, menjadi sumber pendapatan lebih cepat bagi masyarakat.
Dengan sistem ini, lahan tetap hijau, lingkungan tetap terjaga, dan masyarakat dapat meningkatkan pendapatan secara berkelanjutan.
Bukti Nyata dari Kalimantan Barat
Beberapa contoh sukses praktik silvopastura dapat ditemukan di Kabupaten Kubu Raya, Provinsi Kalimantan Barat. Di Desa Teluk Bakung, masyarakat berhasil mengembangkan Silvopastura Babi yang secara signifikan membantu meningkatkan pendapatan keluarga. Selain itu di Desa Nipah Panjang, sistem silvopastura diterapkan dalam pengelolaan peternakan kambing, yang juga memberikan hasil ekonomi tanpa merusak hutan.
Kenapa Silvopastura Penting untuk Kalimantan?
Kalimantan sedang menghadapi tantangan serius berupa deforestasi besar-besaran, salah satunya akibat ekspansi kebun sawit skala besar. Banyak masyarakat lokal, termasuk generasi muda di desa-desa sekitar hutan, ikut terdorong membuka lahan demi ekonomi keluarga.
Namun, sawit monokultur membawa risiko jangka panjang:
- Ketergantungan ekonomi pada satu komoditas
- Kerusakan tanah dan hilangnya keanekaragaman hayati
- Ancaman kebakaran lahan gambut yang merusak ekosistem
Silvopastura hadir sebagai alternatif cerdas — sistem yang memberi penghasilan sekaligus menjaga ekosistem. Masyarakat tetap bisa produktif tanpa harus mengorbankan hutan sepenuhnya.
Mengapa Anak Muda Harus Peduli?
Generasi muda dikenal sebagai generasi yang peduli lingkungan, bicara tentang “green lifestyle”, energi terbarukan, dan pengurangan jejak karbon. Tapi apakah kita sudah melihat peluang nyata di lingkungan sekitar?
Silvopastura membuka ruang bagi anak muda untuk:
- Membangun model usaha agroforestri modern yang ramah lingkungan.
- Berperan aktif dalam pelestarian hutan dan keanekaragaman hayati Kalimantan.
- Menghidupkan kembali budaya lokal, terutama budaya Dayak yang sejak lama hidup berdampingan dengan hutan.
Bayangkan: melalui silvopastura, anak muda bisa menciptakan penghidupan berkelanjutan, membantu menjaga kelestarian hutan, sekaligus membangun ekonomi desa yang lebih tangguh.
Silvopastura bukan hanya soal pertanian atau peternakan, tapi tentang masa depan Kalimantan yang lestari dan sejahtera.