KUBU RAYA, sampankalimantan.id – Rumah Pelangi, yang didirikan oleh Pastor Samuel Oton Sidin, OFM Cap., adalah kawasan konservasi seluas lebih dari 108 hektar yang terletak di Dusun Gunung Benuah, Desa Teluk Bakung, Kecamatan Sungai Ambawang, Kabupaten Kubu Raya. Kawasan ini berperan penting dalam menjaga keanekaragaman hayati dan berfungsi sebagai pusat konservasi berbasis masyarakat, yang memadukan kearifan lokal dengan pendekatan modern untuk memulihkan serta melindungi ekosistem.
Selain itu, Rumah Pelangi juga menjadi pusat pendidikan lingkungan dan pemberdayaan masyarakat. Terletak di poros utama yang menghubungkan beberapa desa, kawasan ini terus berkembang dan memberikan manfaat ekonomi dan sosial bagi masyarakat setempat, menjadikannya simbol penting dalam upaya pelestarian lingkungan di Kalimantan Barat.
Rumah Pelangi menekankan penanaman tradisional yang mengacu pada kearifan lokal suku Dayak Kanayan, yang memiliki hubungan kuat dengan alam. Pepohonan yang ditanam tumbuh secara alami, menciptakan ekosistem yang harmonis antara alam dan manusia. Beragam pohon buah seperti manggis, rambutan, jambu air, dan durian tumbuh subur di kawasan ini, memberikan manfaat langsung bagi masyarakat sekitar.
Selain mendukung kehidupan masyarakat, pepohonan tersebut juga menyediakan habitat bagi berbagai satwa, seperti burung, serangga, dan hewan kecil lainnya. Keanekaragaman hayati yang terjaga ini menjadi bukti keberhasilan upaya konservasi yang dijalankan di Rumah Pelangi.
Selain upaya konservasi melalui penanaman tradisional, Rumah Pelangi juga berfungsi sebagai pusat pendidikan lingkungan. Pelajar, mahasiswa, hingga peneliti dari berbagai daerah datang ke sini untuk mendapatkan wawasan tentang cara menjaga dan memulihkan ekosistem. Mereka dapat terjun langsung ke lapangan untuk mengamati keanekaragaman hayati, belajar dari praktik pelestarian, dan memahami pentingnya keseimbangan antara kebutuhan ekonomi dan kelestarian alam.
Rumah Pelangi juga aktif dalam memberikan edukasi kepada masyarakat Desa Teluk Bakung dan sekitarnya. Masyarakat diajak untuk memanfaatkan lahan sekitar rumah dengan menanam pohon, sebuah pendekatan yang bertujuan meningkatkan kesadaran pentingnya pelestarian lingkungan sambil tetap mempertimbangkan kebutuhan ekonomi.
Pendekatan edukasi dan konservasi yang konsisten ini sejalan dengan moto Rumah Pelangi, “Mari kita mulai sekali lagi”, yang menggambarkan semangat tak kenal lelah dalam menjaga lingkungan. Filosofi ini mengajak masyarakat untuk secara konsisten berkontribusi pada pelestarian lingkungan dengan cara yang sederhana, tetapi berdampak.
Rumah Pelangi menjadi contoh bagaimana keseimbangan antara manfaat ekonomi dan kelestarian alam bisa dicapai. Dengan menanam pohon dan menjaga ekosistem, mereka berharap dapat menumbuhkan kesadaran yang lebih luas di kalangan masyarakat dan pengunjung, sekaligus mengajak lebih banyak orang untuk terlibat dalam melindungi alam.
Rumah Pelangi bukan hanya tempat rekreasi, tetapi juga pusat konservasi dan edukasi yang berperan besar dalam meningkatkan kesadaran akan pentingnya menjaga alam. Dengan terus berfokus pada upaya pelestarian dan pemberdayaan masyarakat, Rumah Pelangi memberikan kontribusi nyata bagi lingkungan sekitar dan masa depan yang berkelanjutan. *Evi/Malik