Aksi Cepat dan Tanggap LPHD Teluk Bakung Atasi Karhutla

KUBU RAYA, sampankalimantan.id- Lembaga Pengelola Hutan Desa (LPHD) bergerak cepat dalam menangani kebakaran hutan dan lahan (karthula) yang terjadi di Desa Teluk Bakung.. Begitu mendeteksi adanya titik api, tim LPHD segera menerjunkan para tim patroli hutan desa untuk memadamkan api  yang meyebar luas di sekitar kawasan hutan. Berkat respon cepat dan kerjasama antara LPHD dan tim patroli kebakaran berhasil dikendalikan dini hari.

Terpantau 23 titik hotspot di Teluk Bakung pada tanggal 26/7/2024 pukul 09.00 WIB sebagai update terbaru. Tim terus bekerja keras untuk mengatasi situasi ini dan menjaga keselamatan serta kelestarian hutan.

Ketua Lembaga Pengelola Hutan Desa (LPHD) Teluk Bakung, Nata menyampaikan, bahwa penyebab kebakaran hutan yang terjadi di wilayah mereka hingga saat ini masih belum diketahui. Kebakaran tersebut pertama kali terdeteksi sekitar pukul 10.00 pagi di sekitar areal hutan desa.

“Kami berusaha hingga malam hari memadamkan api, karena keterbatasan sarana selang dan mesin sehingga api tidak tidak dapat dipadamkan, dan kami juga sempat mencoba meminta bantuan untuk peminjaman selang,”  ungkap Nata, Kamis (25/7/2024).

LPHD dan anggota tim patroli lainnya, terus berusaha hingga malam hari untuk mengendalikan kobaran api tersebut. Meskipun demikian, keterbatasan peralatan yang ada menjadi kendala utama dalam penanganan kebakaran ini.

Nata berharap pemerintah dapat memberikan bantuan berupa sarana dan prasarana yang lebih memadai untuk penanggulangan kebakaran hutan di desa mereka. Dukungan dari pemerintah diharapkan dapat membantu LPHD Teluk Bakung dalam meminimalisir dampak kebakaran, sehingga kerusakan lingkungan dapat dicegah dan tidak semakin parah.

Sementara itu, Donatus Dino selaku  Koordinator Tim Patroli, mengungkapkan harapannya agar ke depan persediaan alat-alat yang dibutuhkan untuk memadamkan api, seperti selang dan peralatan pemadam lainnya, dapat ditingkatkan.

“Keterbatasan peralatan saat ini menjadi pelajaran penting,  untuk peningkatan kesiapsiagaan dan respons terhadap kebakaran hutan di kemudian hari,” jelasnya.

Dengan dukungan tersebut, tim patroli dan Lembaga Pengelola Hutan Desa (LPHD) Teluk Bakung, diharapkan dapat lebih efektif dalam mengendalikan dan memadamkan kebakaran hutan. sehingga kejadian serupa tidak menimbulkan kerusakan lebih lanjut pada lingkungan.

Aksi Cepat dan Tanggap LPHD Teluk Bakung Atasi Karhutla Read More »

Manisnya Gula Semut sebagai Penggerak Ekonomi dan Pelestari Hutan

KUBU RAYA, sampankalimantan.id – Desa Kubu, terletak di pesisir Kabupaten Kubu Raya, dikenal dengan keberagaman sumber mata pencarian penduduknya. Letaknya yang strategis di pesisir memberikan akses langsung ke laut, menjadikan desa ini sebagai tulang punggung perekonomian bagi masyarakat setempat. Desa ini dikelilingi oleh hamparan hutan mangrove dan lahan pertanian subur, menciptakan kondisi alam yang mendukung berbagai jenis aktivitas ekonomi.

Dengan populasi sekitar 5.000 jiwa, mayoritas penduduk Desa Kubu, sekitar 60 persen, mengandalkan laut sebagai sumber penghidupan utama mereka, bekerja sebagai nelayan. Selain itu, sekitar 25 persen penduduk menggarap lahan pertanian untuk menanam padi dan sayur-sayuran, sementara 15 persen lainnya memilih menjadi wirausaha dengan membuka toko kelontong, usaha kerajinan, dan jasa transportasi. Diversifikasi ini tidak hanya memenuhi kebutuhan ekonomi sehari-hari tetapi juga membantu meningkatkan kesejahteraan keluarga di Desa Kubu.

Salah satu usaha yang menonjol di Desa Kubu adalah produksi gula semut. Usaha ini menjadi inovasi penting yang mampu meningkatkan perekonomian masyarakat. Pelaku usaha gula semut memanfaatkan kelapa yang melimpah di sekitar desa mereka.

Untuk memproduksi gula semut, langkah pertama yang dilakukan adalah menyadap nira dari bunga kelapa. Proses ini membutuhkan ketelitian dan keterampilan khusus agar nira yang dihasilkan berkualitas tinggi. Setelah disadap, nira tersebut kemudian dimasak dalam wajan besar hingga mendidih. Selama proses pemasakan, nira harus terus diaduk agar tidak gosong dan mengental. Setelah mengental, nira tersebut didinginkan hingga mengkristal, lalu dihancurkan menjadi butiran halus yang dikenal sebagai gula semut. Proses ini dilakukan dengan alat sederhana, namun hasilnya sangat berharga dan memiliki nilai jual yang tinggi.

Gula semut termasuk ke dalam hasil hutan bukan kayu (HHBK) dalam skema perhutanan sosial. HHBK mencakup segala hasil hutan selain kayu yang bisa dimanfaatkan untuk keperluan sehari-hari maupun sebagai komoditas ekonomi. Perhutanan sosial merupakan upaya pemerintah untuk memberikan akses kepada masyarakat sekitar hutan agar bisa memanfaatkan sumber daya hutan secara berkelanjutan. Dengan demikian, produksi gula semut di Desa Kubu tidak hanya meningkatkan perekonomian masyarakat tetapi juga mendukung pengelolaan hutan yang berkelanjutan.

Pemanfaatan HHBK sangat beragam dan bisa menjadi sumber penghidupan yang berkelanjutan bagi masyarakat sekitar hutan. Selain gula semut, HHBK juga mencakup produk-produk seperti rotan, madu hutan, getah damar, serta berbagai jenis buah-buahan hutan. Dengan adanya program perhutanan sosial, masyarakat diberdayakan untuk mengelola dan memanfaatkan HHBK secara bijak, yang tidak hanya meningkatkan kesejahteraan mereka tetapi juga menjaga kelestarian hutan. Pemanfaatan HHBK mendorong diversifikasi mata pencaharian dan mengurangi ketergantungan pada satu jenis sumber daya alam, sehingga menciptakan ekonomi lokal yang lebih stabil dan berkelanjutan.

Produksi gula semut telah memberikan kontribusi signifikan terhadap perekonomian lokal. Usaha ini tidak hanya menciptakan lapangan kerja baru, tetapi juga meningkatkan pendapatan keluarga. Dengan harga jual yang kompetitif, gula semut mampu menarik minat pasar baik lokal maupun internasional, membuka peluang ekspor dan memperkenalkan produk unggulan Desa Kubu ke dunia luar.

Melihat potensi besar yang dimiliki, peluang pengembangan usaha gula semut di masa depan sangat menjanjikan. Inovasi dalam teknik produksi, peningkatan kualitas, serta pemasaran yang lebih luas bisa menjadi kunci sukses pengembangan usaha ini. Dukungan dari berbagai pihak, termasuk pemerintah dan lembaga swadaya masyarakat, akan memperkuat posisi gula semut sebagai komoditas unggulan.

Harapan dan visi ke depan untuk keberlanjutan usaha gula semut dan kesejahteraan masyarakat Desa Kubu sangatlah optimis. Dengan terus mendorong inovasi, menjaga kualitas produk, dan memperluas jaringan pasar, usaha gula semut diharapkan dapat terus berkembang dan memberikan manfaat ekonomi yang berkelanjutan. Keberlanjutan usaha ini juga diharapkan dapat menjadi contoh bagi desa-desa lain dalam mengelola sumber daya alam secara bijak, mendukung pelestarian lingkungan, dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Manisnya Gula Semut sebagai Penggerak Ekonomi dan Pelestari Hutan Read More »

Timang-Timang Kambingku Sayang

KUBU RAYA, sampankalimantan.id – Setelah LPHD Teluk Nibung mendapat izin Kelola Perhutanan Sosial berdasarkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (Permen LHK) No. 9 Tahun 2021, mereka memperoleh kewenangan untuk menjalin kerjasama usaha dengan skema investasi multiusaha yang melibatkan berbagai pihak. Dalam rangka mengoptimalkan pengelolaan ini, LPHD membentuk KUPS (Kelompok Usaha Perhutanan Sosial) sebagai wadah tata kelola usaha. Dengan adanya KUPS, mereka dapat memperoleh suntikan dana dan menjalankan berbagai usaha yang disesuaikan dengan potensi dan kebutuhan desa setempat, sehingga dapat meningkatkan perekonomian masyarakat secara berkelanjutan.

KUPS Silvopastura Nibung Mandiri 1 dibentuk pada 10 Maret 2024 sebagai tindak lanjut dari Kerjasama Kelola Multiusaha dalam skema Program Perhutanan Sosial. Program ini bertujuan menyediakan mata pencaharian alternatif bagi penduduk desa yang selama ini masih mengandalkan pendapatan dari kerja semusim atau dari hutan desa.

Sebelumnya SAMPAN Kalimantan bersama PT. BSM telah melakukan pembagian indukan kambing kepada KUPS Silvopastura Nibung Mandiri 1 yang beranggotakan 11 orang dan merawat total 13 ekor, dimana 11 ekor indukan betina, sedangkan 2 ekor indukan jantan yang akan digilir diinapkan bersama kambing betina saat masa birahi. Saat ini hasilnya sudah nampak dengan salah satu kambing milik Suratman salah satu anggota KUPS yang sudah beranak melahirkan kambing jantan sehat dan lincah.

“Ini kambing jantan, baru berumur 2 bulan!” ujar Pak Suratman sambil menimang kambing kecilnya hasil pengelolaan KUPS Nibung Mandiri 1, Desa Teluk Nibung, Batu Ampar, Kubu Raya, Kalimantan Barat, Jumat lalu, 19 Juli 2024.

Dalam persiapan beternak kambing, mereka mempelajari segala seluk-beluk tentang kambing, baik dari kisah peternak di kampung, informasi mulut ke mulut, maupun dari media daring. Bagi desa-desa di Bentang Pesisir Padang Tikar mulai dari Tasik Malaya, Padang Tikar Satu hingga Tanjung Harapan, komoditi usaha yang dipilih adalah ternak kambing.

Suratman berharap kambing milik anggota KUPS lain segera menyusul bunting dan beranak agar perputaran siklus usaha Silvopastura cepat tercapai. Mereka merawat ternak dengan penuh perhatian, menyediakan kandang yang layak, suplai pakan secara teratur, bahkan kini tengah menguji coba pakan fermentasi untuk meningkatkan nilai nutrisi pakan, sehingga kambing-kambing menjadi lebih sehat.

“Iya, kami merawat kambing seperti anggota keluarga sendiri. Cepat besar dan beranak. Bertambah banyak, bertambah pula rezeki kami,” ujar Pak Suratman sambil menimang erat kambing kecil jantannya.

Kerjasama multiusaha yang dilakukan oleh LPHD Teluk Nibung bersama SAMPAN Kalimantan dan PT. BSM tidak hanya memberikan harapan baru bagi penduduk Desa Teluk Nibung, tetapi juga membuktikan bahwa potensi lokal bisa dikembangkan menjadi usaha yang berkelanjutan dan menguntungkan. Anggota KUPS Silvopastura Nibung Mandiri 1 kini tidak hanya melihat ternak kambing sebagai sumber pendapatan tambahan, tetapi juga sebagai simbol kemandirian dan kebersamaan.

Dengan semangat dan komitmen yang tinggi, para anggota KUPS terus berinovasi, memastikan setiap kambing tumbuh sehat dan produktif. Usaha silvopastura kambing ini bukan hanya tentang beternak, tetapi tentang membangun masa depan yang lebih cerah bagi seluruh desa. Dukungan yang solid dan kerja keras tanpa henti menjadi fondasi yang kuat bagi keberhasilan kerjasama multiusaha ini.

Timang-Timang Kambingku Sayang Read More »

Mengenal Keberagaman Sumber Mata Pencarian Masyarakat Desa Kubu

KUBU RAYA, sampankalimantan.id- Keberagaman sumber mata pencarian masyarakat di Desa Kubu tesebar diberbagai daerah, mengigat letaknya yang strategis berada di pesisir menjadikan Kubu sebagai tulang punggung perekonomian bagi masyarakat setempat.

Mereka melakukannya dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan hidup (ekonomi) dan kesejahteraan keluarga mereka, contohnya pada masyarakat yang tinggal dekat pesisir, mayoritas mata pencaharian mereka adalah nelayan.

Dengan berlayar ke lautan lepas, mereka menangkap ikan dan hasil laut lainnya yang kemudian dijual ke pasar lokal maupun luar daerah. Mereka juga menanam berbagai jenis tanaman pangan seperti padi, dan sayur-sayuran.

“Mayoritas penduduknya sekitar 60 persen, mengandalkan laut sebagai sumber rejeki utama mereka, bekerja keras setiap hari sebagai nelayan. Selain nelayan, sekitar 25 persen penduduk Desa Kubu memilih untuk menggarap lahan pertanian, dan 15 persen sebagai wirausaha,” ungkap Herwansyah, selaku Kepala Desa Kubu.

Dikatakan, hampir sebagian masyarakat yang tinggal disana berkerja sebagai nelayan, sisanya memanfaatkan dari hasil berkebun, bertani, buruh, dan lainnya, yang disesuaikan dengan keberadaan letak daerahnya,” ungkapnya.

Tak hanya befokus pada nelayan dan hasil kebun, masyarakat juga  menjalankan berbagai usaha mulai dari toko kelontong, usaha kerajinan, hingga jasa transportasi. Wirausaha menjadi alternatif yang menggiurkan bagi sebagian penduduk yang ingin mencari keberuntungan di luar sektor pertanian dan perikanan.

Salah satu usaha yang menonjol di Desa Kubu adalah produksi gula semut. Usaha ini menjadi inovasi penting yang mampu meningkatkan perekonomian masyarakat. Pelaku usaha gula semut memanfaatkan kelapa yang melimpah di sekitar desa mereka.

“Desa Kubu menjadi contoh keberagaman sumber mata pencari dalam mendukung perekonomian sehingga  dapat membantu meningkatkan kesejahteraan masyarakat,” pungkasnya.

Editor: Evi

Mengenal Keberagaman Sumber Mata Pencarian Masyarakat Desa Kubu Read More »

Yuk kenali apa itu emisi karbon?

Emisi karbon merujuk pada pelepasan gas karbon dioksida (CO₂) dan gas rumah kaca lainnya ke atmosfer akibat aktivitas manusia seperti pembakaran bahan bakar fosil, deforestasi, dan proses industri. Gas-gas ini meningkatkan efek rumah kaca, menyebabkan pemanasan global dan perubahan iklim yang kini semakin dirasakan dampaknya di seluruh dunia.

Penyebab Utama Emisi Karbon

Sumber utama emisi karbon adalah pembakaran bahan bakar fosil, deforestasi, industri, dan kegiatan rumah tangga. Minyak, batu bara, dan gas alam digunakan untuk pembangkit listrik, transportasi, dan proses industri yang menghasilkan CO₂ dalam jumlah besar. Penebangan hutan untuk pertanian dan pembangunan mengurangi kemampuan alam menyerap CO₂, memperburuk konsentrasi gas rumah kaca di atmosfer. Selain itu, proses produksi industri dan penggunaan listrik di rumah juga berkontribusi terhadap emisi karbon.

Fakta terkini menunjukkan bahwa emisi karbon global terus meningkat. Pada tahun 2022, emisi karbon di seluruh dunia mencapai 36,8 miliar ton, yang merupakan salah satu angka tertinggi dalam sejarah. Data ini menegaskan betapa mendesaknya kebutuhan untuk mengurangi emisi secara signifikan.

Dampak Emisi Karbon

Dampak emisi karbon sangat luas dan mengancam kehidupan di bumi. Pemanasan global yang diakibatkan emisi karbon menyebabkan perubahan iklim ekstrem seperti gelombang panas, kekeringan, dan badai yang semakin sering terjadi. Kenaikan permukaan laut akibat melelehnya es di kutub mengancam wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil. Perubahan iklim juga mengganggu ekosistem dan mengancam keanekaragaman hayati, serta kualitas udara yang buruk dapat menyebabkan masalah kesehatan seperti penyakit pernapasan dan kardiovaskular.

Studi terbaru menunjukkan bahwa lebih dari 90% populasi dunia kini menghirup udara yang tidak sehat, terutama di daerah perkotaan dengan tingkat polusi tinggi. Ini menunjukkan betapa seriusnya dampak dari emisi karbon terhadap kesehatan manusia.

Emisi Karbon di Indonesia

Indonesia adalah salah satu negara dengan emisi karbon signifikan. Pembakaran hutan dan lahan untuk pertanian dan perkebunan kelapa sawit menjadi penyumbang utama emisi. Penggunaan batu bara untuk pembangkit listrik dan tingginya jumlah kendaraan bermotor di kota besar juga berkontribusi. Pada 2022, emisi karbon Indonesia mencapai sekitar 589 juta ton CO₂, menjadikannya salah satu dari 10 negara penghasil emisi terbesar di dunia.

Namun, pemerintah Indonesia berkomitmen untuk mengurangi emisi karbon melalui berbagai inisiatif. Salah satu langkah penting adalah peningkatan penggunaan energi terbarukan dan rehabilitasi hutan. Pemerintah telah menetapkan target untuk mencapai 23% penggunaan energi terbarukan dalam bauran energi nasional pada tahun 2025. Pengembangan energi terbarukan seperti tenaga surya, angin, dan air diharapkan dapat mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil.

Upaya Pengurangan Emisi

Langkah-langkah lain yang sedang ditempuh termasuk meningkatkan efisiensi energi di sektor industri dan rumah tangga, serta penggunaan kendaraan listrik dan transportasi umum yang lebih efisien. Misalnya, pemerintah Jakarta telah meluncurkan program bus listrik TransJakarta yang diharapkan dapat mengurangi emisi karbon di ibu kota.

Selain itu, ada berbagai inisiatif reforestasi dan penghijauan yang sedang digalakkan. Reforestasi tidak hanya membantu menyerap lebih banyak CO₂ dari atmosfer, tetapi juga meningkatkan keanekaragaman hayati dan memulihkan ekosistem yang rusak.

Dengan upaya ini, diharapkan emisi karbon dapat dikendalikan dan dampak negatif perubahan iklim dapat diminimalisir demi keberlanjutan lingkungan hidup di masa depan. Namun, keberhasilan upaya ini membutuhkan partisipasi aktif dari seluruh lapisan masyarakat, mulai dari pemerintah, industri, hingga individu.

Mengurangi emisi karbon adalah tantangan besar yang membutuhkan tindakan segera dan kolaboratif. Dengan memahami sumber dan dampaknya, serta mengambil langkah konkret untuk mengurangi emisi, kita bisa berkontribusi dalam melindungi planet ini dan memastikan masa depan yang lebih hijau dan berkelanjutan.

Yuk kenali apa itu emisi karbon? Read More »

Membangun Kesadaran Masyarakat Dalam Menjaga Hutan di Desa Ambarawa

KUBU RAYA, sampankalimantan.id- Upaya konservasi di Desa Ambarawa dalam mengurangi pemanfaatan hutan secara berlebihan, telah membuka pola pemikiran warga setempat dalam memahami pemanfaatan kayu dengan bijak.

Sebagaimana diketahui, meskipun kayu tetap menjadi bahan penting dalam berbagai program pembangunan, namun penggunaannya diatur dengan baik, dengan mengurangi pemanfaatan kayu secara berlebihan.

Dalam upaya memperkuat perlindungan dan pengelolaan Hutan Desa, LPHD dari lembaga ini membentuk tim patroli hutan. Dengan di dampingi oleh SAMPAN Kalimantan, mereka secara rutin melakukan giat patroli untuk memastikan tidak ada kerusakan hutan. Tim patroli hutan ini tidak sekadar menjaga hutan saja, melainkan mencatat lalu mendokumentasikan hasil temuan baik flora dan fauna yang ada di dalam hutan itu.

Melalui izin hutan desa yang telah diberikan kepada masyarakat melalui Lembaga Pengelola Hutan Desa (LPHD) Ambarawa, masyarakat Desa Ambarawa kini memiliki tanggung jawab besar dalam menjaga dan mengelola hutan.

Oleh karena itu, kegiatan sosialisasi untuk pengamanan hutan di Desa Ambarawa penting untuk dilakukan, dengan memberikan edukasi dan pemahaman terkait perlindungan hutan dari perusakan, termasuk pencegahan kebakaran hutan, pelestarian satwa, dan penanaman kembali pohon. Sosialisasi ini juga menekankan pentingnya peran aktif masyarakat dalam menjaga ekosistem hutan demi tetap menjaga keberlanjutan dan fungsi dari hutan itu sendiri.

Selain itu, Pemerintah desa juga terus berupaya menyediakan alternatif yang dapat mengurangi tekanan terhadap penggunaan kayu, sehingga ekosistem hutan dapat tetap terjaga. Salah satu langkah konkret yang diambil adalah menanam kembali pohon di area yang telah ditebang, dengan jenis pohon yang sama. Reboisasi ini membantu memulihkan ekosistem hutan dan memastikan ketersediaan kayu di masa depan. Langkah ini juga membantu meningkatkan kesuburan tanah dan menyediakan habitat bagi satwa liar.

Pengelolaan hutan berbasis masyarakat memungkinkan warga setempat mendapatkan manfaat ekonomi sambil menjaga hutan tetap lestari. Pendekatan ini melibatkan masyarakat dalam pengambilan keputusan dan pelaksanaan konservasi, sehingga mereka merasa lebih bertanggung jawab dan terlibat langsung dalam menjaga kelestarian hutan.

Masyarakat Desa Ambarawa diharapkan untuk terus berkomitmen dalam menjaga hutan, salah satunya dengan tidak melakukan pembabatan dan penebangan liar. Langkah kecil seperti ini mampu mengurangi pemanfaatan kayu, dan dapat memberikan kontribusi besar dalam pelestarian hutan.

Harapannya, melalui tindakan-tindakan nyata dan kesadaran kolektif, Desa Ambarawa dapat menjadi contoh bagi daerah lain dalam menjaga kelestarian hutan desa. LPHD Ambarawa sebagai pemegang izin hutan desa, dan Pemerintahan Desa Ambarawa, bersama SAMPAN Kalimantan terus berupaya meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya menjaga hutan.

Bersama, kita dapat mewujudkan keseimbangan antara pembangunan ekonomi dan pelestarian ekologi, memastikan hutan kita tetap lestari untuk generasi yang akan datang.

Editor: Evi

Membangun Kesadaran Masyarakat Dalam Menjaga Hutan di Desa Ambarawa Read More »

Pergantian Air Rutin Mendukung Pembesaran Kepiting yang Optimal di Tambak

KUBU RAYA, sampankalimantan.id – Untuk memastikan kualitas lingkungan tambak tetap terjaga, kegiatan rutin pergantian air secara teratur sangat penting bagi para petani tambak di sekitar Desa Dabong. Ketua KUPS Silvofisheri Dabong Berkah, Mulyadi, menekankan bahwa pergantian air tidak hanya menjaga kebersihan tambak tetapi juga berperan penting dalam menyuplai oksigen yang diperlukan kepiting dan biota lainnya.

Pergantian air dilakukan setiap tiga hari sekali untuk mencegah air menjadi keruh berwarna kekuningan dan menghilangkan aroma yang tidak sedap. Dengan cara ini, kualitas air dalam tambak dapat dipertahankan, yang sangat penting untuk mendukung kehidupan kepiting.

Selain itu, pergantian air rutin juga berfungsi untuk memastikan kebutuhan oksigen tetap terpenuhi dan membantu terbentuknya pakan alami seperti plankton, yang merupakan sumber nutrisi penting bagi kepiting. Pergantian air yang rutin menciptakan habitat yang optimal bagi perkembangan dan kehidupan kepiting.

Faktor lain yang mempengaruhi hasil panen adalah luas area tambak. Para petani tambak mengamati bahwa tambak yang lebih luas cenderung menghasilkan kepiting dengan ukuran yang lebih besar. Kepiting dari tambak yang luas dapat memiliki berat mencapai 700-800 gram per ekor, sedangkan tambak yang lebih kecil biasanya hanya menghasilkan kepiting dengan berat 250-300 gram.

Dampak dari air pasang surut juga mempengaruhi pertumbuhan kepiting, sehingga pergantian air secara rutin adalah langkah penting untuk mencapai kesuksesan dalam budidaya kepiting. Dengan menjaga kualitas lingkungan melalui pergantian air rutin dan memanfaatkan area tambak yang luas, hasil panen yang optimal dapat dicapai.

Budidaya kepiting dalam kerangka perhutanan sosial yang dikenal dengan silvofisheri memberikan kontribusi positif terhadap pemberdayaan ekonomi masyarakat. Konsep silvofisheri mengintegrasikan kegiatan perikanan dengan kehutanan, memanfaatkan lahan hutan mangrove secara berkelanjutan untuk budidaya kepiting. Metode ini tidak hanya mendukung konservasi lingkungan tetapi juga menciptakan peluang ekonomi baru bagi masyarakat sekitar.

Dengan mengintegrasikan budidaya kepiting di lahan hutan mangrove, produktivitas tambak dapat ditingkatkan dan ketahanan ekonomi masyarakat pesisir diperkuat. Program silvofisheri menunjukkan bagaimana pemanfaatan sumber daya alam yang bijaksana dapat menjaga keseimbangan ekosistem sambil memberikan manfaat ekonomi. Dengan mengelola hutan mangrove secara hati-hati, masyarakat dapat meningkatkan pendapatan mereka melalui budidaya kepiting, sambil tetap menjaga fungsi ekologis hutan.

Harapan bersama dari LPHD Dabong dan SAMPAN Kalimantan adalah untuk terus mempromosikan program-program pemberdayaan masyarakat yang berbasis pada prinsip keberlanjutan lingkungan. Mereka berharap inisiatif ini dapat menjadi contoh sukses bagi daerah lain dalam mengelola sumber daya alam secara bijaksana dan berkelanjutan. Dengan dukungan berbagai pihak, diharapkan masyarakat tambak dapat meraih kesejahteraan melalui budidaya kepiting yang berkelanjutan sambil melindungi ekosistem yang ada.

Editor: Evi

Pergantian Air Rutin Mendukung Pembesaran Kepiting yang Optimal di Tambak Read More »

Menjaga Hutan dan Mencari Cuan Bisa Sejalan

KUBU RAYA, sampankalimantan.id- Di era modern ini, peluang usaha di berbagai bidang semakin terbuka lebar bagi masyarakat. Salah satu usaha yang tengah berkembang di Desa Ambawang adalah peternakan ayam petelur. Desa ini merupakan daerah yang sangat cocok untuk berternak ayam, di mana usaha ini dapat memberikan keuntungan ekonomi yang signifikan sambil tetap menjaga kelestarian hutan melalui pendekatan silvopastura dalam program perhutanan sosial.

Silvopastura adalah sistem integrasi antara peternakan dan kehutanan yang menggabungkan pemeliharaan ternak dengan penanaman pohon. Di Desa Ambawang, peternakan ayam petelur menjadi salah satu contoh bagaimana silvopastura dapat diterapkan untuk meningkatkan ekonomi masyarakat desa sekaligus menjaga hutan. Dengan adanya kegiatan bernilai ekonomi seperti peternakan ayam petelur, masyarakat desa dapat mengurangi kegiatan yang berdampak merusak hutan. Sistem ini tidak hanya membantu meningkatkan produktivitas lahan, tetapi juga menjaga keseimbangan ekosistem.

Peternakan ayam petelur tidak hanya mudah dijalankan, tetapi juga menawarkan perputaran modal yang cepat dan harga telur yang relatif murah, sehingga dapat dijangkau oleh semua lapisan masyarakat. Dengan peningkatan jumlah penduduk, kebutuhan akan telur sebagai sumber protein hewani juga semakin meningkat. Oleh karena itu, peningkatan produksi telur menjadi sangat penting.

Di Desa Ambawang, peternakan ayam petelur berperan penting dalam menyediakan kebutuhan telur segar bagi masyarakat. Mengumpulkan telur segar setiap pagi dari ayam-ayam yang sehat dan berkualitas kini menjadi kegiatan rutin yang menyenangkan. Saat ini, produksi telur mencapai puluhan butir setiap hari dari 100 ekor ayam, dan semuanya selalu terjual habis.

Salah satu pemilik usaha peternakan ayam petelur ini, Yonathan, berharap dengan lebih banyak pemuda yang terlibat, kebutuhan telur lokal dapat dipenuhi secara mandiri. “Saya berharap bisa menginspirasi anak-anak muda untuk berkreasi dan membangun usaha sendiri,” ujar Yonathan.

Sebelum berfokus pada ayam petelur, Yonathan telah memiliki pengalaman dalam berternak ayam pedaging. Dorongan untuk mengoptimalkan pasokan telur di desa memotivasinya untuk beralih ke ayam petelur. “Kita perlu memenuhi kebutuhan lokal dengan produksi yang stabil,” tambahnya.

Yonathan aktif mengajak generasi muda desa untuk ikut serta dalam usaha peternakan. Selain meningkatkan produksi lokal, kehadiran peternakan ayam petelur juga memberikan dampak ekonomi positif bagi masyarakat desa. Dengan semangat kewirausahaan dan keberanian untuk mencoba hal baru, Yonathan berhasil membuktikan bahwa peternakan ayam petelur dapat menjadi salah satu solusi untuk mengatasi kekurangan pasokan telur di Desa Ambawang.

Selain mengelola peternakan ayam petelur, Yonathan juga merupakan anggota tim patroli hutan desa. Perannya dalam menjaga kelestarian hutan tidak hanya terbatas pada usaha silvopastura, tetapi juga aktif dalam kegiatan patroli untuk melindungi hutan dari penebangan liar dan perambahan ilegal. Partisipasi aktifnya dalam kedua bidang ini menjadikan Yonathan sebagai teladan bagi generasi muda dalam mengelola usaha yang berkelanjutan dan peduli lingkungan.

Yang lebih menarik lagi, partisipasi anak muda dalam usaha ini juga membawa dampak positif terhadap pelestarian hutan melalui sistem silvopastura. Dengan berwirausaha di bidang peternakan yang terintegrasi dengan penanaman pohon, generasi muda tidak hanya memperoleh penghasilan, tetapi juga belajar tentang pentingnya menjaga ekosistem hutan. Usaha peternakan ayam petelur di Desa Ambawang menjadi contoh nyata bagaimana ekonomi desa dapat ditingkatkan tanpa harus merusak hutan.

Yonathan telah menginspirasi banyak anak muda lainnya dengan dedikasi dan semangatnya dalam menjaga lingkungan dan mencari peluang ekonomi. Kepeduliannya terhadap kelestarian hutan dan keberhasilannya dalam usaha silvopastura menunjukkan bahwa dengan kemauan dan kerja keras, kita dapat menciptakan perubahan positif. Mari kita dukung dan ajak generasi muda untuk lebih peduli dalam menjaga hutan melalui pendekatan silvopastura. Dengan berwirausaha di bidang peternakan yang terintegrasi dengan penanaman pohon, mereka tidak hanya memperoleh penghasilan tetapi juga berkontribusi pada pelestarian lingkungan. SobatSAMPAN, mari kita ciptakan perubahan positif bersama, karena masa depan hutan dan ekonomi desa ada di tangan kita semua!

Editor: Evi

Menjaga Hutan dan Mencari Cuan Bisa Sejalan Read More »

Keraton Kerajaan Kubu Jadi Ikonik Destinasi Wisata di Desa Kubu

KUBU RAYA, sampankalimantan.id- Hamparan sungai yang membentang luas mengisi perjalanan saat hendak mengunjungi desa yang terkenal akan sejarahnya,  hingga saat ini masih menjadi ikonik bagi desa yang bernama Kubu, ini berdiri sebuah Keraton Kerajaan Kubu  merupakan warisan budaya yang telah ada sejak jaman dulu.

Keraton Kerajaan Kubu ini terletak di tengah pusat, dan menjadi tempat berbagai kegiatan sosial dan budaya bagi masyarakat disana, dan saat ini masih tetap memancarkan pesona yang tak lekang oleh waktu, tetapi juga menjadi magnet wisata yang menarik banyak orang untuk datang berkunjung.

Berbagai ekowisata lainnya pun juga dapat ditemui, selain destinasi Keraton Kerajaan Kubu ada destinasi yang tak kalah menarik yakni Jembatan Gantung Keraton. Letak yang strategis berada ditengah pusat ini sangat memudahkan untuk para  wisata berkunjung sambil menikmati senja.

Wisata desa jembatan gantung keraton, cocok untuk tempat spot berfoto karena dibangun di atas sungai yang menjadi penghubung antar dua wilayah perairan. Adanya jembantan gantung memudahkan masyarakat sebagai akses menyebrang sungai. Banyak pengunjung yang memanfaatkan jembatan ini untuk menikmati keindahan matahari terbenam atau sekadar berjalan-jalan menikmati suasana.

Perjalanan menuju Desa Kubu pun dapat ditempuh dengan menggunakan motor kelotok tradisional yang memakan waktu sekitar tiga jam perjalanan, atau kendaraan roda dua yang menyusuri jalur darat. Transportasi air terutama kapal, menjadi tulang punggung bagi masyarakat setempat dalam menghubungkan desa mereka dengan daerah lain. Tanpa armada kapal ini, akses antar wilayah akan menjadi sulit, mengingat pentingnya sungai sebagai jalur transportasi utama.

Daya tarik Desa Kubu,  tak berhenti pada warisan budayanya saja. Namun, desa ini juga diberkahi dengan kekayaan sumber daya laut yang melimpah, menjadikannya surga bagi pecinta kuliner laut. Dengan hasil tangkapan dari sungai dan laut yang berlimpah, berbagai hidangan seafood yang segar siap memanjakan lidah para pengunjung. Mulai dari ikan segar, udang, hingga kepiting, semua bisa dinikmati di sini dengan cita rasa khas Desa Kubu.

Panorama alam sekitar dengan kekayaan budaya, serta hidangan kuliner yang lezat, menjadikannya tempat pilihan tepat yang wajib untuk anda kunjungi  saat berada di Kalimantan Barat.

Editor: Editor

Keraton Kerajaan Kubu Jadi Ikonik Destinasi Wisata di Desa Kubu Read More »

Menjaga Manisnya Madu Kelulut di Hutan Desa Ambawang

KUBU RAYA, sampankalimantan.id – Ahang (60) merupakan satu di antara banyaknya penduduk Desa Ambawang yang masih setia membudidayakan madu kelulut. Sejak bertahun-tahun, dirinya telah mengembangkan usaha madu ini guna mempertahankan populasi dari madu kelulut tersebut.

Melalui budidaya madu kelulut, mereka dapat sekaligus menjaga hutan Desa Ambawang. Sebab, untuk budidaya madu kelulut harus menyediakan ketersediaan pakan dari bunga-bunga yang dihasilkan oleh tanaman yang diperoleh dari alam bebas.

Madu Kelulut atau madu yang dihasilkan oleh lebah Trigona sp. ini merupakan jenis lebah madu yang sangat mudah dibudidayakan. Mengingat lokasi Desa Ambawang yang dekat dengan hutan, desa ini sangat berpotensi dan cocok untuk budidaya lebah Trigona sp.

Menurutnya, madu kelulut memiliki beberapa jenis yang berbeda, salah satunya dapat dibedakan dari warna sayap yaitu ada yang putih dan hitam. Perbedaan ini memberikan keunikan tersendiri pada madu yang dihasilkan. Pakan madu kelulut juga dapat diperoleh dengan mudah secara alami, misalnya dari kelapa, sawit, dan bunga serta buah-buahan yang ada di sekitar desa.

Hingga saat ini, ia telah mampu mengelola sebanyak delapan sarang madu kelulut, meskipun baru tiga di antaranya yang sudah menghasilkan madu secara optimal. Ahang menyadari bahwa pengelolaan yang lebih telaten sangat diperlukan untuk memaksimalkan hasil dari sarang-sarang yang ada.

“Proses pemanenan madu dilakukan sebulan sekali. Dari tiga sarang yang ada, satu sarang sudah mampu menghasilkan satu botol madu, sementara dua sarang lainnya dapat memproduksi hampir mencapai tiga botol madu kelulut,” ungkap Ahang.

Adapun untuk pemasaran madu kelulut yang dilakukan Pak Ahang saat ini masih sangat terbatas hanya di wilayah Desa Ambawang. Ia menjual madu kepada tetangga dan masyarakat sekitar, serta menggunakannya untuk konsumsi pribadi.

Untuk satu botol madu kelulut, harga yang dipatok adalah sekitar 150 ribu rupiah, sementara dua botol dijual seharga 250 ribu rupiah.

Pak Ahang berharap ke depannya budidaya madu kelulut dapat lebih berkembang dan mendapat dukungan dari berbagai pihak.

“Harapan kami agar dapat dibantu oleh pemerintah supaya dapat dikembangbiakkan sedemikian rupa, mengingat banyaknya potensi madu kelulut di Desa Ambawang, serta pembuatan tempat khusus untuk budidaya serta alat-alat untuk mengambil madu dari sarang di alam.

Ahang pun berharap dengan dukungan yang tepat, budidaya madu kelulut di Desa Ambawang tak hanya akan terus hidup, tetapi juga berkembang, memberikan manfaat besar bagi ekonomi dan kesejahteraan.

Budidaya kelulut memiliki korelasi yang kuat dengan penjagaan hutan melalui perhutanan sosial. Dengan adanya budidaya ini, masyarakat setempat didorong untuk menjaga kelestarian hutan, karena keberhasilan budidaya kelulut sangat tergantung pada ekosistem alami yang sehat. Tanaman-tanaman yang menjadi sumber pakan lebah kelulut hanya dapat tumbuh dengan baik di hutan yang terjaga kelestariannya.

Selain itu, perhutanan sosial memungkinkan masyarakat untuk memperoleh manfaat ekonomi tanpa merusak lingkungan, sehingga keseimbangan antara ekonomi dan ekologi dapat tercapai. Dengan kata lain, budidaya kelulut bukan hanya memberikan manfaat langsung melalui produksi madu, tetapi juga memperkuat upaya konservasi hutan yang berkelanjutan.

Editor: Evi

Menjaga Manisnya Madu Kelulut di Hutan Desa Ambawang Read More »

Scroll to Top